Buaya Inderapura Hampir Punah

| |

PAINAN,HALUAN-Inderapura, Tapan, dan Lunang Silaut sejak dulu dikenal dengan daerah buaya. Nyaris seluruh tempat yang memiliki rawa adalah tempat yang cocok bagi buaya tersebut, kondisi alam Inderapura, Tapan dan Lunang Silaut memang me­mungkinkan untuk itu. Masyarakat setempat sering menyaksikan reptil bertubuh besar ini di pinggir-pinggir sungai berjemur bila tengah hari. Hewan ini juga sering kedapatan berburu mangsa. Itu dulu, saat belum terjadi penyempitan lahan buaya. Saat buaya masih banyak.
Menurut keterangan masyarakat di sini, di Inderapura dan dua kecamatan lainnya  hidup dua jenis buaya, yakni buaya katak dan buaya muara. Katak berukuran pendek, sementara buaya muara  berbadan agak panjang dan besar. Buaya di kawasan ini umumnya menghuni habitat perairan tawar seperti sungai, rawa dan lahan basah lainnya, namun ada pula yang hidup di air payau. Dulu sekitar 80 persen wilayah yang dise­butkan tadi memiliki karakteristik habitat buaya.
Makanan utama buaya adalah hewan hewan bertulang belakang seperti bangsa ikan, reptil dan mamalia, kadang-kadang juga me­mangsa moluska (lokan). Semua sumber makanan tadi dulunya ada di wilayah Inderapura. Saat belum terjadi perubahan pada habitat buaya, di sini masih banyak ikan, reptil dan mamalia di rawa rawa. Mereka hidup dalam satu ekosistem, saling menun­jang dan saling membutuhkan.
Hewan purba tersebut, kini habitatnya tinggal sedikit saja. Tempat hidupnya telah terdesak oleh pem­bangunan lahan perkebunan sawit dan pemukiman. Lahan perkebunan di Inderapura hingga ke Lunang Silalut yang juga dikenal banyak buayanya tersebut, telah terbangun dengan masif. Lahan yang dulunya rawa kini telah jadi lokasi peru­mahan, lokasi perkebunan. Barang­kali, analisa mengenai dampak lingkungan tidak diperhatikan saat pembangunan lahan perkebunan.
Sodetan dan pengeringan rawa adalah ancaman pertama yang membuat wilayah tempat hidup buaya menyempit. Ini mulai terjadi semenjak tahun 80-an, kemudian semakin hebat pada tahun 90-an. Sodetan di Inderapura, Basa IV Balai Tapan dan Lunang Silaut telah mengeringkan seluruh rawa yang ada di kawasan itu. Rasanya tidak adalagi rawa yang ideal di Inderapura dan Lunang Silaut tempat hidup buaya. Ruang gerak buaya telah sempit.
Satu- satunya tempat buaya tinggal adalah di sungai. Ke sungai gangguan masih saja ada. Selain gangguan manusia, pinggir sungai di tiga kecamatan ini tidak memungkinkan untuk mendarat. Warga setempat sudah jarang melihat buaya berjemur. Warga tidak melihat lagi prilaku buaya pada musim-musim tertentu, misalnya kurenah buaya saat musim kawin. Bahwa buaya dikenal banyak di Inderapura nyaris tinggal kenangan. Mungkin selangkah lagi kenyataan punah akan sampai.
Hingga kini, belum ada upaya perlindungan serius terhadap aset berharga Pesisir Selatan tersebut. Pembangunan terus terjadi, kekeri­ngan hebat pada rawa tentu terjadi pula. Secara perlahan tapi pasti, perencanaan pembangunan lahan sawit di Pesisir Selatan telah mem­bunuh buaya.
Namun tidak jarang pula, buaya yang telah terdesak habitatnya itu melakukan perlawanan. Nyaris setiap tahun di Batang Lunang dan di Batang Muara sakai ada orang yang menjadi korban buaya. Tewas begitu saja.
Belum Terlambat
Meski tidak ada catatan resmi berapa jumlah buaya yang masih hidup di Pesisir Selatan, maka belum terlambat untuk menyelamatkan hewan langka ini. Kita mulai dari mengenal umur buaya. Bila masih ada buaya muda, maka dengan renta­ngan umur yang sangat panjang, buaya masih bisa membiak di Pesisir Selatan.
Meski tidak ada cara yang meya­kinkan untuk menghitung umur buaya, selain dengan mengetahui waktu penetasannya dahulu, mes­kipun ada beberapa teknik yang telah dikembangkan. Metode yang paling umum digunakan untuk menaksir umur hewan ini ialah dengan menghitung lingkaran tumbuh pada tulang dan gigi. Tiap-tiap lapis lingkaran menggambarkan adanya perubahan pada laju pertumbuhan, yang mungkin disebabkan oleh perubahan musim kemarau dan hujan yang berulang setiap tahun.
Dengan tetap mengingat peluang ketidaktepatan metode ini, buaya yang tertua kemungkinan adalah spesies yang terbesar. buaya muara (C. porosus) diperkirakan dapat hidup rata-rata hingga 70 tahun, dengan sedikit individu yang terbukti dapat melebihi umur 100 tahun. Seekor buaya air tawar jantan diperkirakan bisa mencapai umur 130 tahun. Artinya, dengan sisa buaya yang ada, lewat kerja kerasa dan kesadaran, buaya “kita” bisa terse­lamatkan di Pesisir Selatan.


Sumber
Harian Haluan

Posted by a'an on 07.52. Filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

1 komentar for "Buaya Inderapura Hampir Punah"

  1. Merkur Super Platinum - Xn Games
    Merkur Super Platinum - 1xbet Xn Games. The Merkur 500 메리트카지노 is one of the most sought after machines around. This German double 인카지노 edge safety razor is an easy

Leave a reply